Kopi Pagi
banyak yang kuungkapkan pada Nya,
tentang rasa kopi itu, tentang kekhawatiranku jika rasa itu melarut lebih jauh.
namun aku terlalu jenuh untuk mencoba merubah rasa kopi itu.
disini, Tuhan menghiburku dengan rasa kopi yang lain,
yang cukup manis dan menghangatkan…
tentang rasa kopi itu, tentang kekhawatiranku jika rasa itu melarut lebih jauh.
namun aku terlalu jenuh untuk mencoba merubah rasa kopi itu.
disini, Tuhan menghiburku dengan rasa kopi yang lain,
yang cukup manis dan menghangatkan…
Tuhan, selama aku menjauh… kopi itu telah melarut lebih jauh.
mengapa rasa itu menjadi tidak terkendali.
semua semakin membuahkan ketidaknyamanan bagiku, semuanya memuakkan..
dan memantapkan aku untuk semakin menjauh, kembali minum kopi bersamaMu.
mengapa rasa itu menjadi tidak terkendali.
semua semakin membuahkan ketidaknyamanan bagiku, semuanya memuakkan..
dan memantapkan aku untuk semakin menjauh, kembali minum kopi bersamaMu.
namun rasa muak itu menyadarkanku, untuk peduli dan mengatakan rasa yang sesungguhnya.
rasa yang selama ini ditutupi dengan rasa manis semu yang dipaksakan, hingga semuanya melarut dalam sebuah ketidakpastian.
kuungkapkan suatu kepahitan, yang jika dipaksakan pun akan melarut pada suatu kepahitan yang lebih mendalam.
rasa yang selama ini ditutupi dengan rasa manis semu yang dipaksakan, hingga semuanya melarut dalam sebuah ketidakpastian.
kuungkapkan suatu kepahitan, yang jika dipaksakan pun akan melarut pada suatu kepahitan yang lebih mendalam.
sekarang… disinilah aku, bersama Tuhan, dan segelas kopi manis yang Tuhan berikan padaku.
bersama kita menunggu dan melihat semuanya… berharap semua akan menemukan kopi manis-nya masing-masing.
disini pun aku menunggu datangnya suatu masa…
dimana aku bisa mendekat kembali, untuk menikmati kopi manis bersama.
bersama kita menunggu dan melihat semuanya… berharap semua akan menemukan kopi manis-nya masing-masing.
disini pun aku menunggu datangnya suatu masa…
dimana aku bisa mendekat kembali, untuk menikmati kopi manis bersama.
No comments:
Post a Comment